education

Penguatan Pendidikan Karakter: Jurus Jitu Ciptakan Generasi Unggul Anti Korupsi

 

“Kualitas keilmuwan seseorang bukan dilihat dari tinggi dan banyaknya title pendidikan, namun lihatlah pembawaannya, bagaimana ia berkata dan bertindak” demikianlah kata-kata mutiara yang sering kita dengar jika membahas tentang pendidikan karakter. Di tengah-tengah pengaruh era globalisasi dan keuntungannya yang sungguh beraneka-ragam, pendidikan karakter telah menjadi hal yang tidak diindahkan lagi eksistensinya. Banyak yang beranggapan bahwa sekarang itu yang penting pintar dan berilmu, masalah karakter dan perilaku menjadi nomor dua atau bahkan menjadi nomor sekian, toh itu tidak penting dalam proses pencapaian cita-cita dimasa depan.

Namun lain halnya dengan bapak Faturrahman, guru mata pelajaran bahasa asing dimasa saya SD dulu. Di saat guru lainnya sibuk mengajarkan bagaimana caranya menjadi “pintar” versi mereka dengan menjawab dan memecahkan soal yang mereka berikan, bapak Faturrahman selalu menekankan kepada para siswanya bahwa pendidikan karakter yang mengajarkan bagaimana kita berperilaku itu sangat penting untuk dipelajari dan diterapkan sejak dini.

Kala itu beliau berusia sekitar 40 tahun, dengan pengalaman belasan tahun mengabdi sebagai guru di Sekolah Dasar kami. Pembawaan beliau saat menyampaikan materi dan bahan ajar sangat menyenangkan dan efektif sambil menyelipkan kisah-kisah inspiratif dan cerita-cerita motivasi yang sangat menarik untuk di dengar terutama bagi anak-anak Sekolah Dasar. Pembawaan beliau begitu bersahaja, beliau mampu mengingat seluruh nama siswa yang diajarkan dan terkenal sangat ramah namun tegas dalam bersikap. Sungguh pribadi yang sangat perlu untuk dicontoh dan dijadikan panutan.

“Mau sepandai apapun kalian menguasai materi yang telah diberikan, itu tidak akan berguna jika sikap dan karakter kalian tidak mencerminkan perilaku orang yang beredukasi. Ilmu tersebut suatu saat dapat terlupakan, namun pembentukan karakter sangat penting untuk dimulai sejak dini agar tidak dianggap sepele.” Begitu perkataan beliau saat saya duduk di kelas lima Sekolah Dasar dan masih sangat saya ingat dan saya pegang teguh hingga saat ini, sudah menjadi mahasiswa baru di Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sesuai dengan perkataan beliau, memang ilmu-ilmu yang dulu saya pelajari tidak melekat semuanya di pikiran saya karena saya sudah tidak membidangi dan mempelajari bidang tersebut, namun segala hal yang beliau ajarkan tentang pendidikan karakter masih terekam di memori saya dan sampai sekarang ajaran tersebut masih saya pegang teguh dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, bersyukur sekali saya penah diajarkan oleh beliau.

Hal yang pertama kali terlintas dipikiran saya adalah bersyukur. Bersyukur memiliki guru seperti beliau, bersyukur pernah diajarkan oleh beliau, bersyukur di tengah-tengah degradasi moral anak bangsa Indonesia saya masih berpegang teguh pada pendidikan karakter dan moralitas, dan beryukur akan segala hal yang telah terjadi dalam hidup saya. Saat ini banyak kita lihat dan jumpai anak muda di Indonesia yang harusnya menjadi penerus bangsa namun dalam kehidupan bermasyarakatnya malah memiliki sikap yang sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut bukanlah masalah yang baru terjadi dan tentunya memerlukan penanganan serta penanggulan yang serius dan efektif dari berbagai komponen.

Seperti yang kita ketahui banyak anak muda dan masyarakat di Indonesia yang sebenarnya pintar dalam berbagai jenis ilmu atau bidang pengetahuan tertentu, namun tidak pintar dalam bersikap dan berperilaku. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi ialah minimnya pendidikan karakter yang mereka pelajari. Nah kapan waktu yang tepat untuk memulai pendidikan karakter? Jawabannya ialah sedini mungkin. Pendidikan karakter haruslah dimulai dari tingkat keluarga lebih dahulu yang menjadi pondasi utama dalam mengajarkan bagaimana harusnya anak berperilaku dan bersikap dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, pendidikan karakter di lingkungan sekolah dinilai sangat penting untuk membuat anak lebih mawas diri, dan Sekolah Dasar merupakan jenjang yang sangat efektif untuk mengajarkan perihal pendidikan karakter kepada para siswanya.

Pendidikan karakter memang telah diterapkan di beberapa Sekolah Dasar yang ada di Indonesia, namun implementainya dinilai masih sangat minim. Karena itu, penguatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar sangatlah penting untuk dilakukan. Mengingat telah banyak kasus mengenai degredasi moral yang terjadi di Indonesia. Contoh kasus yang sering terjadi ialah perilaku pembullyan, sikap tidak sopan kepada guru, perkelahian pelajar, dan lain sebagainya. Namun tidak hanya itu, perilaku-perilaku tersebut dapat menjelma menjadi suatu hal yang lebih besar dan menimbulkan masalah yang lebih runyam di kemudian hari, sebut saja salah satu contohnya ialah korupsi. Indonesia menjadi Negara yang menduduki peringkat ke-64 sebagai Negara Terkorup di dunia versi TI (Transparensi Internasional), Ya! korupsi yang merajalela disetiap lini kehidupan menunjukkan negeri ini sudah mengalami kemunduran moral yang serius, dan ini jelas-jelas telah mempengaruhi stabilitas kenegaraan kita. Sebanyak 158 kepala daerah terjaring dan terlibat kasus korupsi di sepanjang tahun 2004-2011. Selain itu, 42 anggota DPR juga terseret kasus korupsi di sepanjang tahun 2008-2011. Selain korupsi, suap juga merupakan salah satu masalah degradasi moral yang sangat perlu diantisipasi dengan adanya pendidikan karakter sejak dini, karena sebanyak 30 Anggota DPR periode 1999-2004 terkait dengan kasus suap-menyuap, dan masih banyak kasus-kasus suap lainnya yang terjadi di kalangan KPU, KY, Ditjen Pajak, BI, dll. Kasus korupsi merupakan sebuah kasus umum yang sering di jumpai dalam pemerintahan Indonesia akibat kurangnya pendidikan karakter sejak dini. Kasus-kasus tersebut sangatlah membuat kita terhentak dan tak habis pikir, bahkan membayangkan bagaimana masa depan bangsa Indonesia ditangan para penerus yang tidak memiliki pendidikan karakter saja sudah menumbuhkan rasa pesimis terhadap kemajuan bangsa ini. Keyakinan akan cerahnya masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seolah hanya tinggal angan semata jika tidak dibenahi dengan penguatan pendidikan karakter bagi masyarakat Indonesia sejak sedini mungkin.

Saya sengaja memperlihatkan survey kasus-kasus korupsi dan suap beberapa tahun kebelakang (bukan yang terbaru) untuk membuktikan bahwa degradasi moral telah terjadi sejak lama dan jumlah pelakunya terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Pelaku-pelaku tersebut didominasi oleh kaum terpelajar dan berpendidikan. Hal itu membuktikan bahwa apa yang diajarkan oleh bapak Faturrahman kepada saya ketika duduk di bangku Sekolah Dasar tersebut benar adanya, bahwa menjadi orang yang berkarakter itu sangat penting daripada menjadi orang yang hanya sekedar pintar, karena setiap orang itu pada hakikatnya pintar namun belum tentu memiliki karakter dan moral yang baik.

Penguatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar sangat penting dilakukan dalam upaya pencegahan dan meminimalisir perilaku menyimpang seperti yang telah saya sebutkan diatas. Karena Pendidikan karakter  mempunyai makna  lebih tinggi dari pendidikan moral dan bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga akan membantu anak-anak merasakan  nilai-nilai yang baik, serta mau dan mampu melakukannya. Pembentukan karakter pribadi anak (character building) sebaiknya dimulai sedini mungkin karena pada usia dini sangat menentukan  kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat mengantarkan anak menjadi pribadi yang matang dalam mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting  dalam mempersiapkan anak usia dini  dalam menyongsong masa depan  yang penuh dengan tantangan,  baik secara akademis maupun  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum lagi sebentar lagi Indonesia akan disuguhi dengan bonus demografi, bonus demografi adalah bonus yang dimiliki oleh suatu negara saat penduduk berusia produktif (rentang usia 15-64 tahun) jumlahnya lebih banyak dibanding penduduk yang berusia non-produktif. Dalam memanen bonus demografi pada tahun 2020-2035 sangat penting untuk menciptakan generasi unggul yang berkarakter dan bermoral untuk membangun negeri, jangan sampai bonus tersebut malah menjadi bumerang dengan semakin merajalelanya kasus-kasus korupsi, suap, dan kasus-kasus lain terkait dengan degradasi moral. Dengan penguatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar, besar harapan kita untuk memiliki generasi muda yang lebih baik dan unggul serta memiliki karakter yang tidak menyimpang untuk menjadi Agent of Change di kemudian hari yang selanjutnya diharapkan mampu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke arah yang lebih baik dengan tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuan, namun juga ilmu perihal bersikap dan bertingkah laku. Karena pendidikan karakter ialah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia!

Tinggalkan komentar